Batam  

Nilai Demokrasi Indonesia di Fase Buruk, GMKI Gelar Dialog Membahas Penegakan Konstitusi

Bataminfo.co.id, Jakarta – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menilai demokrasi Indonesia saat ini masuk dalam fase buruk.

Menurutnya, berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah termasuk mengubah Undang – undang (UU) secara mendadak sehingga dinilai terkesan dipaksakan.

Hal itulah yang melandasi Pengurus Pusat GMKI melalui Bidang Aksi dan Pelayanan untuk menggelar Webinar Nasional, yang telah digelar pada Selasa (5/3/2024) kemarin. Yang mana, Webinar kali ini mengusung tema; *Penegakan Konstitusi dan Penguatan Demokrasi untuk Membangun Indonesia*.

Melalui webinar ini adapun hal penting yang ingin disampaikan yakni; pesan akan pentingnya kesadaran Rakyat dalam menentukan masa depan Bangsa Indonesia melalui pemilihan umum yang Jurdil dan Luber.

Adapun beberapa pembicara yang hadir dalam webinar seri I ini antara lain; dari pihak Akademisi yaitu; Prof. Dr. Marthen Napang (Guru Besar Hukum UNHAS), kemudian dari Politisi yaitu; Firman Jaya Daeli (Ketua Dewan Pembina PUSPOLKAM Indonesia) dan juga hadir dari Kalangan Pers yaitu Sonya Hellen Sinombor (Wartawan Senior Kompas), dan peserta dari perwakilan setiap Cabang GMKI di seluruh Indonesia.

BACA JUGA:   Dinkes Batam Mulai Gelar Vaksin Booster, Rudi: Penting untuk Melindungi Diri dari Covid-19

Dalam seminar ini kesamaan pandangan Nara Sumber membahas tentang Pentingnya strategi dan mekanisme sebagai pemahaman yang sama untuk mendukung upaya Penegakan Konstitusi dalam membangun Indonesia. Misalnya pengungkapan pelanggatan-pelanggaran yang terjadi dengan metode TSM, melalui pendidikan politik berskala kepada warga negara Indonesia, implementasi kebijakan yang berpihak kepada rakyat sesuai amanat UU, serta pengembangan langkah-langkah strategi untuk mempertahankan nilai dan etika Demokrasi Indonesia.

“Demokrasi Indonesia adalah Demokrasi Konstitusional yang memiliki aturan hukum yang pasti dalam setiap sudut pandang dengan berpedoman penuh pada UU dan azas Pancasila,” kata Prof Marthen.

Maka dalam mencapai demokrasi yang bersih perlu dipahami bahwa kedaulatan Rakyat itu dijamin oleh UU, maka untuk mengidentifikasi langkah-langkah kesalahan itu ialah deng hak angket.

Sementara menurut Firman Jaya Daeli, demokrasi memiliki tujuan utama yakni mensejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia.

“Secara umum tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dengan konsep mengedepankan keadilan, kejujuran dan keterbukaan. Pada konsepnya, tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga meliputi kebebasan berpendapat dan kedaulatan rakyat. Demokrasi itu bukan sekedar angka, bukan sekedar kemenangan juga bukan sekedar kegiatan dalam waktu yang sifatnya periodesasi, tetapi Demokrasi itu harus menjadi pedoman umum dalam mewujudkan Indonesia yang berkeadilan, luhur dan beretika,” kata dia.

BACA JUGA:   Kejadian Lagi di Batam, Jenazah Pasien Covid-19 Mau Diambil Paksa Keluarga

Hal senada disampaikan oleh Sonya Helen Sinombor bahwa Demokrasi Indonesia adalah yang diyakini harus tetap hidup untuk memberikan kesadaran politik bagi generasi muda bangsa Indonesia, untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia berkomitmen untuk senantiasa bersinergi bersama Rakyat, melalui pendidikan Politik dalam menyelaraskan pemahaman agar seluruh Rakyat Indonesia memiliki kemampuan dalam memahami dan memaknai demokrasi itu kemudian miliki kecakapan untuk menentukan pilihan tanpa harus takut terhadap tekanan dan intervensi dari pihak lain. Maka dalam mewujudkan itu GMKI membutuhkan peran akademisi, politisi juga yang berkompeten dalam bidang posisi netral seperti Pers untuk mencapai Demokrasi yang sebenarnya sehingga Indonesia bersih dari segala kecenderungan melakukan kesalahan yang terstruktur, sistematis dan masif.

BACA JUGA:   Wabah Covid-19 Belum Usai, Masyarakat Jangan Bosan Terapkan Protokol Kesehatan

Dalam opening Speech Kabid Aksi dan Pelayanan Steve Josh Tarore mengatakan, Demokrasi Indonesia saat ini masuk ke krisis atau buruk. Melihat Indeks Demokrasi Indonesia bergerak mundur di tahun 2023. Hal ini terlihat dari penurunan skor atas kinerja demokrasi Indonesia selama tahun 2023. “Berdasarkan data Economist Intelligence Unit (EIU), kinerja demokrasi Indonesia mengalami penurunan skor pada 2023 sebesar 6,53 poin. Skor Indeks Demokrasi Indonesia turun 2 poin dibandingkan tahun 2022 sebesar 6,71 poin,” tukasnya

Lanjutnya lagi bahwa kasus saat ini banyak kejadian yang dilaporkan atau dikriminalisasi contoh seperti aiman Witjaksono dan seniman Indonesia Butet Kartaredjasa. “Inilah wajah demokrasi kita, berbicara sedikit pun langsung dilaporkan, bahkan ada kawan-kawan aktivis yang dipenjara dengan tuduhan tidak jelas Rusaklah demokrasi kita ini di rezim kali ini,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *