Batam  

Kunker di Batam, Mendagri Sebut Pariwisata Dukung Pemulihan Ekonomi

Mendagri Tito Karnavian meninjau dua Pelabuhan Internasional di Kota Batam, Jumat (15/4/2022). Foto: istimewa

Bataminfo.co.id, Batam – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian bersama rombongan melakukan kunjungan ke Kota Batam dalam rangka mendiskusikan pariwisata.

Mendagri melihat ada peluang pariwisata di Kota Batam dan sekitarnya untuk mendukung pemulihan ekonomi. Batam memiliki potensi pariwisata yang bagus dan dapat memberikan pemasukan bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

“Mudah-mudahan bisa membuat pariwisata di Batam, Bintan, Karimun kembali ramai, dan kemudian mudah-mudahan juga ekonomi recovery ya,” kata Tito Karnavian dalam konferensi pers seusai meninjau Terminal Feri Internasional Nongsapura, Batam, Jumat (15/4/2022).

Tito mengungkapkan Batam dan Bintan merupakan dua daerah yang memiliki destinasi wisata yang ramai dikunjungi selain Bali, Lombok, dan Sulawesi Utara.

BACA JUGA:   Selundupkan BBM, Kapal Tanpa Nama Diamankan Dirpolairud di Batam

Ketika pariwisata ini terus dikembangkan oleh pemerintah daerah, akan memberi dampak pula bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

“Karena yang di Bintan, Lagoi itu menyumbang PAD yang cukup signifikan untuk Kabupaten Bintan,” ujar Tito Karnavian dilansir Beritasatu.com.

Menurut Tito, wisatawan yang datang dari Singapura dan Malaysia menjadi faktor penting dalam geliat pariwisata di Kota Batam dan sekitarnya.

Meski demikian, Mendagri menjelaskan terkait kendala masuknya turis mancanegara, khususnya yang datang dari Singapura dengan menggunakan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

BACA JUGA:   Upacara HUT RI ke-76 di Batam Berlangsung Khidmat

“Di Singapura, biaya tes PCR cukup tinggi dibandingkan Indonesia. Jika di Indonesia biaya PCR sekitar Rp 300.000, maka di Singapura bisa mencapai Sing$ 180 atau sekitar Rp 1,8 juta,” kata Tito.

Kendala lainnya, hanya pihak-pihak tertentu saja di Singapura yang ditunjuk untuk melakukan tes PCR. Berbeda dengan Indonesia yang membolehkan pihak swasta turut memberikan layanan tes Covid-19, sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan tersebut.

“Jasa PCR di sana yang melaksanakan itu provider di network tertentu saja, beda dengan Indonesia di mana PCR itu diswastanisasikan, diprivatisasikan, sehingga tidak menjadi monopoli pemerintah,” jelas Tito Karnavian.

BACA JUGA:   Koramil 02/ Batam Barat Bagikan Paket Sembako Untuk Warga Terdampak Covid-19

Adanya kendala itu membuat pemerintah Indonesia melakukan dialog dengan pihak pemerintah Singapura. Harapannya, kewajiban PCR di Singapura bisa diturunkan menjadi antigen, karena biayanya lebih murah sekitar Sing$ 15 atau Rp 150.000.

“Saya diskusi dengan teman-teman yang di sana dua minggu lalu, dengan Mendagri (dan) otoritas sana. Memang mereka mengatakan, warga Singapura sudah rindu keluar dari Singapura untuk (berwisata) ke Batam, yang dekat kan Batam, Bintan, Johor,” terang Tito Karnavian. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *