Bataminfo.co.id, Lingga — Aroma premanisme kembali mencemari aktivitas tambang di Kabupaten Lingga. Seorang warga asli Kecamatan Singkep Barat, NH, dipukul brutal oleh oknum subkontraktor PT Hermina Jaya saat berupaya menghentikan aktivitas loading bauksit yang dianggap ilegal oleh masyarakat setempat. Insiden berdarah ini terjadi di Terminal Khusus TBJ, Desa Tanjung Irat, Rabu (30/4), dan kini memicu gelombang kecaman.
Video pemukulan cepat menyebar, memperlihatkan bagaimana konflik antara warga dan perusahaan tambang yang selama ini bergejolak, kini berubah menjadi aksi kekerasan terang-terangan. NH yang selama ini dikenal vokal menolak aktivitas PT Hermina Jaya, dihajar oleh pria berinisial AC yang disebut sebagai anggota subkon perusahaan.
Konflik ini berakar dari ketegangan panjang. Warga Desa Marok Tua sebelumnya telah menyegel stok bauksit milik PT Hermina Jaya sebagai bentuk protes karena perusahaan dinilai ingkar janji: hak masyarakat yang dijanjikan dalam perjanjian tak kunjung dipenuhi.
Namun ketegangan memuncak jadi kekerasan ketika NH mencoba menghentikan aktivitas loading yang dianggap melanggar kesepakatan. “Ini bukan sekadar salah paham, ini bentuk nyata arogansi dan premanisme tambang yang mulai berani menginjak harga diri masyarakat,” ujar salah seorang tokoh adat Marok Tua yang geram dengan kejadian itu.
Ironisnya, pihak PT Hermina Jaya melalui pengurusnya, Afdhal, justru berupaya meredam insiden ini sebagai “emosi sesaat” akibat NH dianggap tak berwenang menghentikan aktivitas perusahaan. “Pekerja menanyakan kapasitas NH untuk menyetop pekerjaan, tapi dia tidak bisa menjelaskan dengan pasti,” kata Afdhal.
Tak terima diperlakukan semena-mena di tanahnya sendiri, NH resmi melapor ke Polres Lingga agar pelaku diproses hukum. “Benar, subuh tadi korban atas nama NH sudah membuat laporan. Satreskrim Polres Lingga akan menindaklanjuti,” ujar Kasi Humas Polres Lingga, IPTU Indra Wijaya.
Kini, warga Lingga menanti: apakah hukum berani menindak premanisme di balik bisnis tambang yang selama ini kerap berselimut “izin” Ataukah kekerasan terhadap warga akan kembali jadi cerita kelam yang diabaikan











