Batam  

Depo Peti Kemas Kawasan Union Diprotes Warga

Tumpukan peti kemas dikawasan industri Union. Foto : dokumentasi bataminfo

Bataminfo.co.id, Batam – Raung alat berat yang sibuk hilir mudik membongkar dan menyusun tumpukan peti kemas dalam Kawasan Industri Union, mengganggu kenyamanan warga pemukiman Kelurahan Tanjung Buntung, Kecamatan Bengkong, Kota Batam.

Permasalahan utamanya soal Polusi Suara. Di mana kebisingan aktifitas kawasan, rutin terdengar sepanjang hari. Mengganggu aktivitas normal seperti tidur, sosialisasi, sekaligus mengurangi kualitas hidup warga.

Lokasi kawasan depo peti kemas berupa tanah lapang seluas bekisar 10 hektar, mulanya terbentuk dari proses cukt and fill (pemotongan lahan). Posisinya berada di dataran yang lebih rendah dari pemukiman warga.

Salah seorang warga, Rianto, 50 tahun, menyatakan keberadaan depo tersebut membuatnya merasa tak aman dan tak nyaman berada dirumahnya sendiri. Kegaduhan depo peti kemas di seberang halaman belakang rumahnya itu terang-terangan disebutnya sangat mengganggu dan telah diprotesnya sejak lama.

“Sudah beroperasi sekitar tiga tahunan dan selama itu kami terganggu. Setiap hari suara bantingan kontainer dan raungan alat berat terdengar sampai kamar tidur. Bayangkan itu kalau mereka kerja sampai dinihari, niatnya pulang mau istirahat, malah dapat penat,” kata Riyanto, kepada BATAMINFO, saat ditemui di rumahnya, Senin, 25 Mei 2020.

BACA JUGA:   The Icon Central Hadir di Batam, Hunian Mewah dan Berada di Lokasi Strategis

Keluhan itu bertambah parah bila berbicara soal efek getaran dari aktifitas alat berat tersebut. Puluhan rumah warga terancam rusak atau tepatnya beberapa bagunan sudah mengalami kerusakan, berupa retakan-retakan pada bagian dinding.

Bahkan rumahnya sendiri sebutnya sudah mengecap dampak kerusakan sejak awal 2019 lalu. Paling parah kata dia, terjadi di bagian buritan bangunan, berawal dari keretakan kecil, semakin luas hingga nyaris mengakibatkan bangunan roboh.

“Disini dulunya tanah timbunan, jadi kalau alat berat sedang kerja getarannya jelas berdampak pada pergerakan tanah. Rata-rata yang tinggal berdekatan dengan kawasan dindingnya pada retak-retak,” ujarnya, sembari memberi tau dirinya sudah 20 tahunan bermukim di lokasi.

Beberapa kali sebutnya keluhan ini sudah seringkali diadukan oleh warga ke perangkat setempat. Namun sampai kini solusi dari aduan itu seolah menguap begitu saja. Malahan kegiatan kawasan kian hari bertambah lantam.

“Saya juga sudah coba datang ke kawasan tapi tak ada tanggapan. Kemarin isunya dari antek-antek mereka, kawasan mau beli rumah kami realisasinya pun masih nihil. Intinya dapat debu ajalah,” ujarnya.

BACA JUGA:   Isra Mikraj di Batam, Mengambil Hikmah Perjalanan Nabi Muhammad

Senada dengan tetangganya, Erni, 35 tahun, pun tak menyangkal kalau kegiatan kawasan depo peti kemas itu sudah mengancam keselamatan warga. Rumah penduduk yang berada di ujung bukit berbatasan langsung kata dia, merupakan posisi paling berbahaya.

Hal tersebut dia katakan, sebab kini bangunan rumahnya mulai mengalami kemiringan menjorok ke bawah. Imbas dari kegiatan perluasan areal yang dilakukan oleh pihak kawasan tanpa dibarengi memasang batu miring atau tembok penahan tanah.

“Kamar belakang sudah miring, mulai keliatan liat posisi tempat tidur (kasur). Kalau dinding rumah ya retak-retak juga. Enggak tau lah mas, memang sebentar lagi kalau tidak ada antisipasi pasti amblas lah ke bawah,” ujar ibu dua anak itu.

Menurut dia, dengan adanya dampak ini maka tak seharusnya depo peti kemas berada dekat dengan pemukiman padat penduduk. Untuk itu dia berharap pihak-pihak terkait dapat mengambil tindakan sebelum hal lebih buruk terjadi menimpa warga.

BACA JUGA:   Kendalikan Covid-19, Wako Rudi Instruksikan Percepatan Vaksinasi Booster di Batam

Keberadaan lokasi depo peti kemas ini pun harapannya dapat dikaji ulang, dengan mempertimbangkan segala aspek kerusakan yang timbul akibat kegiatannya dapat diantisipasi lebih matang lagi. Bilamana tak memungkinkan maka pilihan merelokasi kawasan bisa diambil

“Begini kita sih senang-senang saja kalau itu tak berdampak buruk. Tapi ini kan faktanya berkebalikan. Ya kalau bisa untuk kegiatan seperti ini ditempatkan di kawasan industri sajalah, jangan dekat pemukiman,” kata dia lagi.

Sementara itu pantauan BATAMINFO di lokasi, aktifitas bongkar muat peti kemas masih berlangsung hingga sore sekira pukul 17.45 WIB jelang Magrib.

Dari dataran atas dekat pemukiman tampak suasananya begitu sibuk. Di sana tumpukan kontainer dan sejumlah forklift atau pengangkut alat berat tampak sibuk hilir mudik, beberapa ada pula dalam posisi terparkir di pojok area.

Hingga berita ini diunggah BATAMINFO, masih berupaya melakukan konfirmasi terhadap pihak-pihak terkait, guna mengetahui ketentuan yang berlaku seputaran keberadaan depo peti kemas yang dikeluhkan oleh sejumlah warga Kelurahan Tanjung Buntung ini. (nio)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *