Bataminfo.co.id, Batam – Kota Batam merupakan salah satu penyumbang terbesar tenaga kerja dan usia produktif, situasi mahasiswa Batam yang cenderung sebagai pekerja tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Perguruan Tinggi (PT) agar menciptakan Sumber Daya Manusia (SDA) yang berkualitas.
Dari hal tersebut, perlu diketahui bahwa jika merujuk kepada Data Statistik Perguruan Tinggi 2020, kota Batam memiliki 33 kampus dengan perkiraan 25-30 ribu mahasiswa. Dari jumlah itu juga kota Batam memiliki 5 dari 6 kampus yang berada pada Provinsi Kepri.
Namun dari jumlah tersebut, rata-rata PT yang ada masih pada kategori akreditasi C.
“Rata-rata tingkat akreditasi institusi PT Batam adalah C, dari total 33 PT Batam, tak lebih dari 5 kampus yang mengantongi akreditasi B. Selebihnya C atau bahkan belum terakreditasi secara institusi, walaupun program studinya telah terakreditasi,” jelas Cosmas Eko Suharyanto dalam Webinar Potret Mahasiswa Batam, Sabtu (21/8/2021) lalu.
Berdasarkan hal tersebut dikatakan, bahwa tingkat kualitas PT harus berbanding lurus dengan tantangan majunya industri yang ada, ini menjadi catatan Kampus Batam agar menciptakan peserta didik dengan daya kompetitif tinggi di masa mendatang.
Cosmas melanjutkan, rendahnya kontribusi mahasiswa dalam hal akademisi seperti karya ilmiah dan kritik-kritik akan pembangunan bangsa masih jarang.
“Gairah literasi dan budaya baca mahasiswa Batam masih kecil, bahkan sebuah karya ilmiah hanya akan muncul jika ada tugas atau keharusan dari PT,” sebut Dosen Universitas Negeri Batam tersebut.
Disamping itu, Ketua Relawan Mahasiswa Batam, Binsar H Pasaribu mengatakan, hal tersebut masih dilihat satu sisi yakni mahasiswa sebagai tenaga pelajar, belum lagi mahasiswa yang statusnya sebagai kontrol sosial.
“Mahasiswa berdasarkan Tri Dharmanya juga ada fungsi pengabdian kepada masyarakat, ini sudah menjadi keharusan pada mahasiswa untuk tetap hadir ditengah masyarakat,” ungkapnya.
Dengan Kompleksnya keadaan mahasiswa itu, maka setidaknya PT turut andil meningkatkan lingkungan tempat pendidik berada.
“Mahasiswa dengan perguruan tinggi akreditasi tinggi saja belum menjamin, apalagi dengan akreditasi di bawah rata-rata,” pungkasnya. (*)
