Hadiri Perayaan Imlek di Kepulauan Meranti, Kabid Humas Polda Kepri Ikut Tradisi Cian Cui

Avatar photo

Bataminfo.co.id, Batam – Kabid Humas Polda Kepulauan Riau (KEPRI), Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad menghadiri perayaan Tahun Baru Imlek 2025 di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau yang digelar pada 29 Februari lalu.

Kombes Pol Pandra diketahui merupakan sosok yang menjabat sebagai Kapolres pertama di Polres Kepulauan Meranti dan sekaligus menjadi salah satu Tokoh yang mencetuskan nama Cian Cui untuk sebutan budaya perang air di Selatpanjang.

Kepada Tim Redaksi Bataminfo, Kabid Humas Polda Kepri ini menyebut bahwa dirinya diutus langsung oleh Kapolda Kepri, Irjen Pol Yan Fitri untuk mengadiri perayaan Imlek tersebut.

“Dasar saya hadir & diijinkan Kapolda Kepri Irjen Yan Fitri Halimansyah adalah surat dari Bupati Kepulauan Meranti dan Masyarakat Kepulauan Meranti Riau,” ucapnya pada Jumat, (31/1/2025).

Kehadiran sosok yang ramah ini, merupakan wujud dukungan terhadap perkembangan budaya dan ekonomi daerah melalui kegiatan yang digelar tahun ini.

Kombes Pol Pandra disambut meriah oleh ratusan masyarakat dengan persembahan barongsai secara serentak para porter dan Abang becak serta rombongan penyambutan sembari meneriakan “I love U Pak Pandra,” sebut warga.

Salah satu acara utama yang sangat menyita perhatian adalah Festival Perang Air (Cian Cui), sebuah tradisi tahunan yang tidak hanya menjadi daya tarik budaya, tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat setempat.

BACA JUGA:   Polsek Sekupang amankan 4 Pemuda, Pelaku Penganiayaan dan Pengrusakan Bengkel Warga

Sebagaimana diketahui, salah satu keunikan festival perang air di Selatpanjang ini adalah penggunaan becak motor khas daerah sebagai kendaraan utama selama perayaan berlangsung.

Pada momen ini, semua peserta menggunakan becak honda, bajai, kendaraan roda dua untuk berkeliling Kota Selatpanjang sembari bermain perang air di sepanjang jalan raya yang sudah disusun rutenya yang dikawal ratusan personil TNI/Polri, Ormas dan OKP.

Tak hanya sebagai tradisi, penggunaan becak motor ini juga menjadi strategi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.

Seorang pengemudi becak mengungkapkan, biasanya mereka memperoleh pendapatan sekitar Rp50.000 hingga Rp70.000 per hari. Namun, selama Festival Perang Air dan perayaan Imlek, pendapatan mereka bisa melonjak hingga lebih dari Rp500.000 per hari.

Festival Perang Air Selatpanjang semakin dikenal luas dan menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Banyak pengunjung dari dalam dan luar negeri yang datang untuk menyaksikan keunikan tradisi tersebut.

Masyarakat Juga berterimakasih atas kehadirannya mantan Kapolres Kepulauan meranti Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad yang kini menjabat sebagai Kabid Humas Polda Kepri.

BACA JUGA:   Sugianto, Anggota DPRD Provinsi Kepri Gelar Silahturahmi Bersama Masyarakat Nias di Batam

“Terima kasih pak Kabid Humas Polda Kepri atas kehadirannya dan berada saat ini di tengah tengah masyarakat. Kami masyarakat Meranti menobatkan Pak Pandra sebagai Bapak Cian Cui, dizaman beliau jadi Kapolres, Festival Cian Cui masuk dalam agenda budaya dan pariwisata daerah,” tutur warga.

Kehadiran wisatawan dalam jumlah besar juga berdampak positif bagi sektor perhotelan, kuliner, dan perdagangan. Hampir seluruh hotel di Selatpanjang penuh dibooking selama satu bulan sebelumnya.

Sementara, restoran dan pusat perbelanjaan mengalami peningkatan omzet yang signifikan selama festival berlangsung.

Tercatat, penumpang kemarin, jika ditotal menjadi 5.536 orang tiba di Selatpanjang. Sebanyak 1.057 orang tercatat berangkat dari pelabuhan tanjung Harapan tanggal 29 / 01/ 2025 sementara 8.479 orang tiba di Selatpanjang, menunjukkan peningkatan jumlah wisatawan yang sangat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi lain, beberapa laporan menyebutkan bahwa jumlah pengunjung tahun ini meningkat antara 80% hingga 100% dibandingkan tahun lalu, baik dari wisatawan lokal maupun luar daerah.

Selanjutnya, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kepulauan Meranti menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan Festival Perang Air tahun ini.

BACA JUGA:   Ngaku Mengantuk, Pemotor Ojol Ndlosor di Jalanan Usai Antar Penumpangnya

Pemerintah daerah terus berupaya agar festival ini mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah pusat dan dapat dimasukkan ke dalam kalender wisata nasional, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh lebih banyak pihak.

“Keberhasilan Festival Perang Air Selatpanjang 2025 membuktikan bahwa budaya lokal dapat menjadi penggerak ekonomi rakyat sekaligus memperkenalkan keunikan tradisi Indonesia ke dunia internasional. Festival ini diharapkan semakin berkembang dan menjadi ikon wisata tahunan yang mendunia. Dari data yang diperoleh, perang air hanya ada dua di dunia, yaitu di Kabupaten Kepulauan Meranti (Indonesia) dan Thailand. Ini menjadi Magnet kunjungan Pariwisata lokal,” tuturnya.

Adapun makna mendalam dari perang air juga dijelaskan oleh Ketua Yayasan Umat beragama Budha Kabupaten Kepulauan Meranti, sekaligus salah seorang pengagas Cian Cui yang kini telah menjadi agenda wisata daerah, Tjuan An.

“Cian Cui dengan Slogan Tak Aci Marah yang artinya tak boleh marah (bahasa Melayu). Air yang digunakan peserta kadang dicampur Es batu yang sudah terendam di dalam drum sehingga saat disiramkan ke peserta terasa dingin seperti mandi salju. Cian Cui juga sebagai perekat persatuan antar umat beragama yang terkenal kompak dan penuh teloransi,” ungkap Tjuan An.

slot gacor