Site icon BatamInfo.co.id

26 Oktober 2020, Indonesia dan Singapura Sepakat Buka Perjalanan Khusus

Ilustrasi Singapura. Foto : cnbcindonesia.com

Bataminfo.co.id, Jakarta – Mulai 26 Oktober mendatang. Indonesia dan Singapura telah mengumumkan kesepakatan Jalur Hijau Timbal Balik (RGL) lintas batas perjalanan bisnis untuk kedua negara.

Hal itu disampaikan oleh kedua negara lewat sebuah pernyataan pada Senin (12/10).

Dilansir Straits Times, RGL akan memungkinkan perjalanan lintas batas untuk kepentingan bisnis penting dan melanjutkan tujuan resmi antara kedua negara.

Pelamar yang memenuhi syarat RGL adalah warga negara Indonesia dan warga negara serta penduduk Singapura.

Pernyataan tersebut menuturkan para pelancong harus mematuhi protokol pencegahan Covid-19 dan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang disepakati bersama oleh kedua negara, termasuk melakukan tes swab Covid-19 sebelum dan sesudah kedatangan dari lembaga kesehatan yang diakui bersama.

Sebelumnya pada Selasa, (6/10) lalu, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan Indonesia sedang dalam tahap akhir negosiasi RGL.

“Kami telah memasuki babak final atau fase negosiasi. Dan kemarin saya melakukan percakapan telepon dengan Dr.Vivian (Balakrishnan), dan kami mengatakan bahwa kami cukup senang dengan kemajuan negosiasi yang telah kami buat sejauh ini,” kata Retno seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (7/10).

Pada 25 Agustus, sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan kedua belah pihak akan memulai diskusi tentang “jalur hijau timbal balik” untuk memungkinkan perjalanan penting dilanjutkan secara bertahap.

Pernyataan tersebut menuturkan Menlu Singapura, Vivian Balakrishnan dan Retno sepakat bahwa kedua negara harus bekerja sama secara erat untuk memperkuat kerja sama kesehatan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi, memperdalam kerja sama keuangan, dan memfasilitasi perjalanan yang aman.

“Mengingat hubungan bisnis yang kuat antara Singapura dan Indonesia, kedua menteri luar negeri menugaskan para pejabat untuk memulai diskusi tentang ‘jalur hijau timbal balik’ untuk memungkinkan perjalanan penting dilanjutkan secara bertahap, dengan cara yang akan menjaga kesehatan dan keselamatan publik di kedua negara,” kata pernyataan itu.

Retno mengatakan persiapan di lapangan seperti memastikan uji polymerase chain reaction (PCR) sudah dilakukan di bandara kedatangan dan dia menegaskan hanya individu yang sehat yang dapat melakukan perjalanan ke kedua negara untuk tujuan penting.

“Tugas kita adalah memastikan orang yang berpindah-pindah, yang bepergian itu adalah orang yang sehat. Makanya protokol kesehatannya adalah memeriksa sebelum keberangkatan, memeriksa setelah tiba, kemudian ada prosedur lain, dan kita benar-benar perlu menerapkan secara disiplin,” ujarnya.

Singapura menjadi investor terbesar di Indonesia selama lima tahun terakhir. Bulan lalu, Presiden Jokowi menyampaikan harapannya agar kedua belah pihak segera memiliki RGL, mengingat itu dapat membuka jalan bagi investasi masuk ke Indonesia.

Menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia, pada kuartal pertama 2020, Singapura adalah investor asing terbesar di Indonesia, dengan total realisasi investasi sebesar US$2,7 miliar atau sekitar Rp39,7 triliun.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemimpin dari kedua negara diharapkan bertemu pada akhir tahun ini dalam retreat tahunan dan tahun ini giliran Indonesia yang menjadi tuan rumah tahun ini.

Tapi melihat situasi pandemi Covid-19, Retno mengatakan belum diputuskan kapan acara tersebut akan berlangsung dan belum ditentukan apakah pertemuan dilakukan secara virtual atau langsung.

Setidaknya, ada tiga masalah utama yang akan dibahas yakni masalah kesehatan, ekonomi, dan keuangan.

“Singapura adalah salah satu mitra penting kami untuk perdagangan, investasi, dan sebelum pandemi, juga untuk pariwisata. Jadi retreat pemimpin tidak berorientasi pada acara, tapi lebih kepada hasil,” kata Retno.

Oktober tahun lalu, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong bertemu dengan Presiden Jokowi di mana saat itu Singapura menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.

Sumber : cnnindonesia.com

Exit mobile version