Bataminfo.co.id, BATAM – Fotografer merupakan salah satu profesi yang cukup dibutuhkan pada zaman digital saat ini. Mengingat konten digital yang membutuhkan visual seperti gambar dan video sangat diminati untuk konten di media sosial.
Bahkan seorang fotografer mengaku bisa menghasilkan hingga Rp45 juta rupiah perbulan hanya dari fotografi.
Lantas bagaimana peluang menjadi Fotografer di Batam?
Peluang menjadi fotografer di Batam
Salah satu fotografer yang cukup dikenal di Kota Batam, Hendri Wiryawan alias Digo Fotografi membagikan kisahnya selama menjadi seorang juru foto.
Mantan karyawan Telkom yang akrab disapa Digo ini menceritakan bahwa ia terjun ke dunia fotografi sejak ia menjadi tim media dan kreatif di Perusahaan Telkom pada 2016. Awalnya ia menggeluti pekerjaan tersebut karena hobi.
Namun melihat peluang yang cukup besar di fotografi ia akhirnya meninggalkan pekerjaannya di Telkom untuk fokus menjalani profesi fotografer pada 2021
“Job terakhir saya di Telkom itu pas acara BUMN bersama pak Erick Tohir,” ungkapnya.
Keberaniannya meninggalkan pekerjaannya ini karena ia melihat trend fotografi yang kian naik dari tahun ke tahun. Apalagi menurutnya dunia digital di Indonesia yang semakin berkembang sehingga membuka peluang fotografi semakin lebar.
“Ada banyak aspek fotografi kini yang bisa menjadi peluang, seperti fotografer futsal atau sport, tourism, ulas produk, club, modeling, wedding dan banyak hal lainnya,” ujarnya.
“Belum lagi pegiat media sosial yang berhubungan dengan konten kuliner event, itu sangat banyak,” sambungnya.
*Rezeki harimau*
Digo tidak menampik, bekerja sebagai fotografer tidaklah seperti karyawan perusahaan yang menerima gaji tetap setiap bulan. Ia menyebut penghasilan seorang fotografer seperti ‘rezeki harimau’.
“Dalam artian kadang rezeki meledak kandang menyempit,”
Kondisi seperti ini membuat fotografer harus selalu mengikuti tren yang sedang berkembang. Seorang fotografer menurutnya tidak boleh monoton alias terpaku pada satu jenis fotografi.
“Misalnya wedding, wedding aja, fotografer futsal, futsal aja, tidak boleh seperti itu. Fotografer harus melihat semua potensi,” ujarnya.
Hal ini tidak terlepas dari pengalamannya yang menggeluti hampir semua jenis pekerjaan fotografi sehingga job yang ia dapatkan lebih banyak dan lebih menghasilkan cuan.
“Saya juga kadang bekerjasama dengan dinas pariwisata, event organizer, dan lainnya. Bahkan kadang saya mendapat job dari Singapura,” katanya.
Hal yang dibutuhkan untuk menjadi fotografer profesional
Menurut Digo, kamera adalah hal yang kesekian yang dibutuhkan seorang fotografer profesional. Yang paling terpenting menurutnya adalah ‘knowledge product’.
“Yang terpenting adalah kita terus mengembangkan ilmu di fotografi, sehingga foto yang kita hasilkan memiliki karakter tersendiri,” jelasnya.
Poin kedua kata dia adalah lingkungan yang mendukung. Seorang fotografer harus banyak berteman dengan siapapun terutama sesama fotografer. Hal ini dapat meningkatkan ilmu yang dimiliki.
“Selanjutnya yang ketiga ialah barulah relasi,” tuturnya.
Relasi sangat dibutuhkan seorang fotografer untuk kemudahan mendapatkan pekerjaan. Untuk itu seorang fotografer harus memiliki ‘soft skill’ atau kemampuan berkomunikasi agar membuat orang yang ditemui nyaman.
Kesulitan menjadi fotografer
Digo menjelaskan, biasanya untuk fotografer pemula hal yang paling sering dialami adalah kurangnya kepercayaan diri. Acap Kali seorang fotografer yang baru terjun ke dunia fotografi merasa tidak percaya dengan alat yang ia punya.
“Padahal ia memiliki potensi,” katanya.
Selain itu, fotografer menurutnya tidak boleh kurang bergaul. Banyak dari fotografer yang tidak percaya diri merasa minder dengan foto yang ia hasilkan dan membandingkannya dengan fotografer lainnya.
“Kadang ia menilai foto yang ia ambil sangat jelek, padahal di mata orang lain sangat ‘wow’,” ujarnya.
“Kuncinya adalah percaya diri,” tegasnya.
Namun, ia juga tidak menampik terdapat sisi lain dalam dunia fotografi yaitu persaingan yang begitu ketat dan saling menjatuhkan. Selain itu pandangan jelek sejumlah masyarakat terhadap fotografer yang menilai pekerjaan tersebut banyak terjadi skandal, khususnya fotografer modeling.
“Memang ada tapi tak semua bisa di pukul rata seperti itu, itu hanya oknum, banyak juga fotografer yang lurus,” tegasnya.
Penghasilan Fotografer
Digo menjelaskan, penghasilan seorang fotografer sangat bergantung kepada relasi, koneksi dan ilmu yang dipunyai. Sebagai seorang fotografer yang memang menekuni fotografi sebagai pekerjaan, Digo mengaku bisa memiliki penghasilan terkecil Rp15 juta perbulan
“Apalagi jika event lagi banyak, saya bisa mendapatkan hingga Rp45 juta perbulan,” ujarnya
“Itulah alasan saya mengundurkan diri dari Telkom,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Selanjutnya kata dia, minimal seminggu fotografer profesional bisa mendapat empat job, namun jika konsisten dan sedang ‘meledak’ sebulan ia bisa mendapat 62 pekerjaan.
Digo menerangkan, keuntungan lainnya menjadi fotografer adalah pekerjaan yang terasa seperti liburan yang dibayar. Misalnya mendapat job event di Singapura, Digo sekaligus bisa berliburan di sana.
Menurutnya penghasilan fotografer memang menjanjikan namun kembali lagi kepada koneksi dan relasi yang dimiliki. Menurutnya tidak mudah untuk mencapai titik tersebut, seorang fotografer harus memiliki konsistensi dan dedikasi yang tinggi.
“Orang akan menilai seorang fotografer dari karakter dan ‘knowledge product’ yang ia punya,” ujarnya.
Masukan untuk fotografer pemula
Walaupun sulit namun sangat menjanjikan, Digo berpesan kepada fotografer pemula untuk tidak mudah menyerah, percaya diri, dan tidak minder dengan alat (kamera) dan sarana pendukung yang dimiliki.
Kemudian harus banyak belajar kepada senior atau yang lebih tua. Selain itu tidak boleh merasa paling tinggi serta tetap mengayomi yang muda.
Selain itu fotografer pemula tidak perlu harus melulu memiliki kamera yang mahal, sebab semuanya harus memiliki proses. Ia pun membagikan sejumlah rekomedasi kamera dengan harga terjangkau yang bisa menjadi alat fotografi.
“Fotografer pemula dapat membeli kamera Canon M50 dengan kisaran harga Rp6 juta hingga Rp8 juta tergantung kondisi,” jelasnya.
Sementara untuk kamera menengah bisa membeli Sony A6000, Sony A71 dengan kisaran harga Rp12 juta hingga Rp15 jutaan.
“Untuk ‘range’ tertinggi bisa membeli Sony A73 dengan harga Rp35 jutaan. Kamera ini sudah full frame dan sudah ke arah profesional,” ujarnya.
Ia kembali menegaskan, kamera hanyalah sarana, yang terpenting kembali lagi kepada diri fotografer, semakin canggih alat, ilmu fotografi juga harus di-upgrade.
“Yang terpenting karakter, segitiga exposure, ISO dan ilmu lainnya harus dipahami. Jika hal dasar itu bisa dipahami, pakai kamera apapun bisa jadi duit” ujarnya.
Fotografi sama dengan cuan
Menurut Digo, tujuan dari setiap pekerjaan adalah menghasilkan ‘cuan’, termasuk fotografi. Untuk itu di diperlukan konsistensi agar pekerjaan ini bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
“Selain itu juga menjadi sarana liburan gratis,” katanya.
Namun ia menekankan ‘mindset’ fotografer juga tetap diperlukan. Seorang fotografer harus tetap memandang fotografi sebagai hobi, sebab ketika nantinya pekerjaan tersebut tidak menghasilkan cuan, tidak menimbulkan kekecewaan.